Sebelum membaca, ini adalah lanjutan dari
postingan ini. Sempat kelupaan sih haha kelupaannya 2 tahun lebih.
Dari Pantai Trikora kami melanjutkan perjalanan ke Lagoi. Dari Trikora ke Lagoi berapa jam ya lupa, udah lama soalnya :(. Sempat beberapa kali kami nyasar saat itu, maklum masih newbie dalam membaca peta. Kami bahkan sempat singgah ke kantor polisi untuk menanyakan alamat, karena ada satu kawasan yang sepertinya akan jadi kawasan perkantoran pemerintah gitu yang jalannya bikin bingung.
Akhirnya kami ketemu gerbang masuk ke Lagoi. Sebelum masuk ke daerah Lagoi, kami makan dulu di kedai nasi terdekat. Antisipasi kali aja di sana ga ada makanan yang murah haha. Di meja makannya terdapat semacam ceret kecil dan di bawahnya ada semacam wadah gitu. Awalnya kukira itu isinya air minum, tapi kata temanku kalau air kobokan di sini itu seperti itu. Untung belum sempat kuminum.
Setelah makan, kami pun pergi ke gerbang masuk Lagoi. Berapa ya masuknya kemarin, lupa. Udah lama soalnya :(. Kata temanku ada beberapa pilihan di Lagoi, mau ke Pantai Nirwana atau Treasure Bay. Pantai Nirwana katanya gratis, kalau Treasure Bay masuknya 150 ribu. Tujuannya sih Pantai Nirwana awalnya. Tapi karena salah pilih jalan (Nirwana ke kanan, Treasure Bay ke kiri) dan sadar salah pilih jalannya pas jalannya udah mentok yah gitu, akhirnya kami ke Treasure Bay.
Saat masuk Treasure Bay, ada 2 jalur buat wisatawan lokal dan satunya buat bule-bule. Kita dikasih semacam gelang gitu ada saldo 60 ribu katanya. Aku sempat memerhatikan tarif yang tertera dekat pintu masuknya. Sangat tidak
wallet-friendly. Beberapa yang kuingat itu ada sewa jetovator 3,2 juta per setengah jam, ada sewa bola kaki 100 ribu, sewa pelampung 80 ribu. Banyak lagi sih, tapi lupa. Udah lama soalnya :(.
Di dalam Treasure Bay itu ada semacam penginapan gitu kecil-kecil lucu mirip hobbit house dan sejauh yang kuperhatikan yang nyewanya bule semua. Viewnya pun bagus. Ada semacam kolam renang besar gitu pakai air laut (asin soalnya airnya). Ada tempat main voli pantai gitu, ada tempat main bola kaki berpasir, ada kursi di pinggiran kolam buat berjemur, juga ada barnya. Kami kemudian menyewa bola kaki. karena kami cuma berempat, penjaganya ikutan main juga 2 orang. Aku sih ga hobi main bola, tapi yah karena orangnya kurang jadi aku ikutan main juga.
|
Treasure Bay saat malam |
Kami di sana sampai malam. Kami kira saldo di gelang itu bisa diuangkan kembali, ternyata harus dihabiskan di lokasi. Sisa saldo 140 ribu ternyata masih ga cukup buat beli pizza kecil di barnya yang setipis kerupuk, jadi nambah duit lagi.
Di perjalanan keluar dari Lagoi, hujan turun cukup deras. Kami berencana mencari penginapan di luar kawasan Lagoi karena kalau di Lagoi itu mahaaal bener. Tapi ternyata ga ada penginapan yang kosong malam itu. Temanku bilang ada rumah saudaranya di Tanjung Uban, tapi ke sana katanya sedang rawan begal. Setelah berteduh beberapa saat, kami melanjutkan pencarian. Akhirnya karena cuaca dingin, kami berhenti di warung bakso.
Di warung bakso temanku bertanya ke penjualnya di mana penginapan murah dekat sini. Temanku ini logat jawanya cukup kuat kalau bicara. Kemudian ada mas-mas gitu nimbrung, gimana kalau nginap di rumah dia aja katanya. Yaudah karena ga ada pilihan kami nerima aja. Namanya mas Rahman, baru nikah dan ada anak kecil kurang dari setahun di rumahnya. Kami dipersilakan tidur di ruang tengahnya. Alhamdulillah, masih ada orang baik yang mau menampung kami untuk semalam. Yah ga ada masalah sih asal orang tua Bagong ga tau, kalau tau yah wassalam.
Paginya kami melanjutkan perjalanan. Kami mencari masjid untuk mandi. Di masjid, kami bertemu anak-anak MDA. Mendadak seperti vlogger-vlogger di yutub, dikelilingi anak-anak, ditanyain kami dari mana, mengapa mandi di Masjid, dan pertanyaan lainnya. Kemudian kami sarapan sambil debat politik haha. Dua orang pro Prabowo vs seorang Jokower garis keras. Bagong karena ga ngerti apa-apa jadi kameramen.
Kemudian kami pergi ke pelabuhan, menuju ke Pulau Penyengat. Naik perahu dari Bintan ke Penyengat cuma 14 ribu. Tapi Budi dan Bagong awalnya takut, soalnya minggu lalu baru terjadi kecelakaan di sana yang menewaskan hampir semua penumpangnya. Tapi alhamdulillah kami tiba di sana dengan selamat. Ada masjid terkenal di Pulau Penyengat yang konon bukan menggunakan semen melainkan putih telur sebagai perekat dindingnya. Di sanalah kami shalat jumat. Selesai shalat, kami keliling dan juga ke makam Raja Ali Haji, sang penggubah Gurindam Dua Belas.
|
Masjid Raya Pulau Penyengat |
Seusai dari Pulau Penyengat, kami balik ke Bintan kemudian langsung ke Batam. Di Batam yah kurang seru sih, mainnya cuma seputaran Nagoya doang sambil nyari pokemon. Temanku nyari parfum buat ceweknya. Range harganya jauh-jauh sih kalau ga pandai nawar. Di toko pertama 1,2 juta, nawar mentoknya di 950 ribu. Di toko berikutnya ditawar bisa dapat 600 ribu. Murah itu katanya. Orang kaya mah bebassss.
Minggu pagi kami pulang. Ke bandara diantar temannya cewek temanku. Cewek temanku ini seniorku di SMA, aku masuk pas dia tamat. Jadi usia cewek temanku itu yah sekitaran 3 tahun di atasku. Berhubung pas sampai di bandara pada pamitan dengan cium tangan, ya aku ikutan. Tapi pas aku mau cium tangan juga, malah dilarang. Apa salahku? mengapa mereka boleh dan aku tidak :(.
Karena berangkatnya pagi, jadi oleh-oleh yang kubawa cuma Cake Villa dan Luti Gendang yang dijual di bandara. Gerai oleh-oleh di luar bandara belum buka sepertinya. Alhamdulillah pesawatnya ga
delay. Di pesawat aku ketiduran sejak awal terbang. Kata temanku sampai ditanyai mba pramugari, itu temannya tidur pulas banget, kecapekan ya? waduh malu euy mba pramugarinya perhatian haha.
|
The Backpackers |
Minggu siang kami tiba di Pekanbaru. Liburan yang cukup panjang, seru dan juga hemat baru saja usai. Back to reality~